Sang guru terdiam sejenak. Tanpa
mengucapkan sepatah katapun, ia menunjuk ke arah sebuah jalan. Anak
muda itu segera berlari menyusuri jalan yang ditunjukkan sang guru. Ia
tak mau membuang-buang waktu lagi untuk meraih kesuksesan. Setelah cukup
jauh berlari tiba-tiba ia kembali dan menemui sang guru, "Guru! di sana
hanya ada jalan buntu !"
Benar, di ujung jalan sana hanya
ada sebuah jalan buntu dengan tembok tinggi menghalanginya berdiri.
Sang guru hanya berdiam saja sambil menatap wajah anak muda itu. Anak
muda itu jadi kebingungan dengan reaksi sang guru tersebut. "Mungkin aku
salah mengerti maksud sang guru" pikirnya dalam hati.
Lalu anak muda itu berbalik
kembali menelusuri jalan yang tadi ia lewati. Tapi hasilnya tetap sama
saja, hanya sebuah tembok tinggi yang ia temui di ujung jalan itu.
Akhirnya ia putuskan untuk menemui sang guru sekali lagi untuk
menanyakan di mana jalan menuju sukses.
"Guru, yang manakah jalan menuju
sukses." Tapi tetap saja sang guru menunjuk ke arah yang sama. Anak
muda itu merasa dipermainkan, dengan penuh amarah ia berkata kepada sang
guru, "Guru, aku sudah menuruti petunjukmu. Tetapi yang aku temui
adalah sebuah jalan buntu. Aku tanyakan sekali lagi padamu, yang manakah
jalan menuju sukses? Kau jangan hanya menunjukkan jari saja, tetapi
bicaralah!"
Akhirnya sang guru berbicara,
"Di situlah jalan menuju sukses. Hanya beberapa langkah saja di balik
tembok itu. Keberhasilan seringkali tak tampak karena ia bersembunyi di
balik kesulitan. Cuma orang-orang yang mampu mendaki tembok itulah yang
akan menemui keberhasilan."
0 komentar:
Posting Komentar